MUSISI, PENGAMAT MUSIK, DAN PENDENGAR

Oleh : muse_sic

Hasil karya seorang musisi akan diapresiasi oleh pengamat music dan pendengar, hal itu merupakan sesuatu yang lumrah dalam setiap munculnya karya music. Kehadiran seorang pengamat music dan pendengar bagi seorang musisi cukup penting. Karya music yang tidak dinikmati maupun diapresiasi oleh pendengar dan pengamat music akan menjadi sia-sia.
Hubungan yang terjalin antara musisi, pengamat music, dan pendengar adalah sebagaimana yang terjalin dalam hubungan komunikasi, di mana musisi berperan sebagai komunikator dan pengamat music serta pendengar berperan sebagai komunikan sekaligus sebagai penyampai feedback yang akan diterima oleh musisi.
Itulah sebabnya kajian tentang pengamat music dan pendengar juga merupakan sesuatu yang penting dalam pembahasan mengenai dunia music.

MUSISI DAN PENGAMAT MUSIK
Pengamat music sebagai seorang pendengar yang mengapresiasi karya music berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya dalam bidang music. Sehingga apresiasi yang dilakukannya terhadap sebuah karya musik benar-benar baik dan dapat dijadikan acuan.
Seorang pengamat music tidak harus berasal dari kaum musisi, ia dapat pula berasal dari orang-orang yang berkecimpung dalam karier lainnya tapi tetap berhubungan dengan dunia music. Misalnya, redaktur majalah musik. Meskipun ia hanyalah seorang redaktur majalah, namun majalah yang ditanganinya adalah majalah di bidang seni music. Sehingga secara otomatis redaktur tersebut akan bersinggungan dan berinteraksi dengan dunia music secara empiric maupun teoritis.
Contoh lainnya adalah penyiar radio. Seorang penyiar radio memang tidak berkecimpung dalam dunia music professional, namun selama ia melakukan tugasnya sebagai penyiar, ia akan selalu bersinggungan dan berinteraksi dengan karya-karya music dari berbagai jenis dan aliran.
Hiburan utama bagi sebuah stasiun radio adalah music, maka tidak heran bila kebanyakan dari stasiun radio professional mewajibkan para penyiarnya agar “Melek Musik” yang berarti dapat mengenal dan menilai beragam jenis music, serta perbendaharaan lagu—baik lagu lama hingga lagu yang up-to date. Sehingga tidak mengherankan bila seorang penyiar dapat mengapresiasi sebuah karya music dengan baik.
Seorang pengamat music dari berbagai kalangan tersebut, akan mampu memberikan kritik dan masukan terhadap sebuah karya music secara akurat. Mereka bahkan tidak hanya mengamati sebuah karya dari segi intrinsic, segi ekstrinsikpun juga tidak luput dari pengamatannya.
Oleh karena itu, para musisi—seharusnya— dapat berterima kasih kepada para pengamat music apabila karya mereka diapresiasi, karena kritikan dan masukan dari mereka merupakan sesuatu yang berharga bagi perkembangan kinerja mereka di dunia musik.

MUSISI DAN PENDENGAR

pendengar music bersifat heterogen, akan tetapi dapat dikategorikan menjadi 2 jenis :
1. Pendengar awam
2. Pendengar kompeten
Pendengar awam adalah para pendengar music yang berasal dari kalangan masyarakat yang masih awam terhadap dunia music. Mereka mendengarkan music umumnya hanya bertujuan untuk menikmati saja. Kalaupun mereka mencoba untuk mengapresiasi sebuah karya music, apresiasi mereka tidak atau kurang baik. Karena, sekali lagi, mereka tergolong awam dalam bidang music.
Pendengar awam biasanya lebih suka terhadap music-musik yang easy listening, musisi yang mereka kenalpun biasanya hanya musisi-musisi komersil. Sementara musisi-musisi non komersil, tidak atau sedikit saja yang mereka kenal.
Pendengar kompeten adalah kebalikan dari pendengar awam. Pendengar jenis ini umumnya berasal dari golongan yang berkaitan dengan dunia music, seperti : musisi (amatir&professional), murid dan pengajar sekolah music, pelanggan majalah music, awak media music, penyiar radio, wartawan entertainment, dsb.
Karena pendengar kompeten telah memiliki pengetahuan yang memadai dalam mengapresiasi sebuah karya music, sehingga tidak menutup kemungkinan pendengar jenis ini dapat menjadi pengamat music atau bahkan seorang musisi. Karena itu, apresiasi yang dilakukan pendengar jenis inipun sangat baik.

"EUPHORIA" BOYBAND INDONESIA

oleh : muse_sic

Bila kita membahas tentang musik pop, kita tidak dapat menjauh dari trend. Bila pasar musik sedang booming lagu-lagu bernuansa mellow, maka lahirlah lagu-lagu cinta picisan dengan irama dan melodi yang serba romantis. Namun bila pasar musik telah jenuh, maka beralihlah menuju warna musik yang baru dan menjual. Semua tergantung pada keinginan pasar.
Geliat musik komersial (baca : Pop) di tanah air kini telah beralih pada fenomena munculnya boyband-boyband baru yang meramaikan dunia musik Indonesia, serta seakan mencoba menyaingi era grup band yang hingga kini masih mendominasi.
Sejak melejitnya nama Smash sebagai ikon reinkarnasi boyband, muncul juga nama-nama boyband baru hingga muncul pula sekelompok gadis yang bergaya dan bernyanyi selayaknya boyband, 7Icon, dan seringkali disebut sebagai girlband.
Bila menilik sejarah boyband di Indonesia, terdapat sejumlah nama seperti Trio Libels, Cool Colours, Coboy, hingga M.E. yang mendominasi musik Indonesia di era 90-an.
Dalam pengamatan penulis selama ini, boyband Indonesia dari masa ke masa lebih cenderung mengutamakan segi visual daripada segi audio. Mereka lebih menonjol dari segi wajah serta dancing (performance), namun dalam segi kualitas musik seperti aransemen dan tehnik vocal hanya sedikit yang benar-benar menguasainya dengan baik.
Fenomena berkembangnya era boyband di Indonesia yang lebih menekankan pada segi penampilan visual semata, adalah sesuatu yang sedikit ganjil tapi telah menjadi sesuatu yang lumrah di dunia musik. Karena sebagai seorang (atau kelompok) yang berkarier di dunia musik, alangkah lebih baiknya bila boyband dapat menyuguhkan karya yang lebih menekankan pada nilai audio dan bukan hanya pada kekuatan visual semata. Bagaimanapun musik adalah seni pendengaran, bukan seni penglihatan.
Coba kita menilik sebuah boyband Amerika, N’Sync. Mereka dapat dijadikan acuan yang baik bagi para boyband di Indonesia maupun dunia.
N’sync tidak hanya jago bergoyang-goyang di atas panggung, tapi kekuatan vocal dari tiap personilnya pun patut diacungi jempol. Lihat saja bagaimana lagu Pop dari boyband tersebut diaransemen, mereka mengetengahkan nuansa musik dance yang kental, disisipi dengan tehnik acapella, serta diakhiri dengan tehnik beatbox dari salah seorang personil mereka, Justin Timberlake( kini ia telah bersolo karier).
Meskipun kini mereka tidak lagi terdengar,namun sepak terjang mereka setidaknya dapat dijadikan “Suri Teladan” bagi boyband masa kini.
Boyband Indonesia masa kini terkesan terlalu mengikuti gaya boyband Korea. Saya pun membayangkan, kapankah akan lahir boyband yang mempunyai karakter atau ciri khas Indonesia ?

FUNGSI SENI MUSIK BAGI KEHIDUPAN

oleh : muse_sic

Kehidupan manusia dari jaman pra sejarah hingga era infromasi seperti saat ini tak dapat lepas dari eksistensi kesenian sebagai sebuah media keindahan, hiburan, hingga media komunikasi yang cukup efektif.
Munculnya berbagai disiplin kesenian merupakan suatu cermin bagi perkembangan peradaban kebudayaan manusia, karena seni merupakan salah satu hasil budaya manusia.
Kesenian pun lahir dengan beragam ketegori yang kesemuanya dapat diangkap dan dinikmati oleh tiap indera ; seni gerak, seni musik, seni lukis, seni pahat, seni patung, seni peran, seni sastra, dsb. Dan kesemuanya memiliki fungsi dan peran yang berbeda bagi kehidupan manusia, namun juga memiliki sisi kesamaan.
Seni musik sebagai salah satu cabang seni, juga memiliki fungsi yang cukup penting bagi peradaban dan kehidupan manusia.
Seni musik bila ditinjau dari perannya sebgai media komunikasi, maka seni musik memiliki kesamaan fungsi dengan media komunikasi lainnya, seperti :
1. menghibur
2. mendidik
3. menginformasikan
4. kontrol social

seni musik memiliki fungsi sebagai media penghibur, merupakan fungsi yang paling mendasar dan paling diminati oleh umat manusia. Karena seni musik dapat menjadi media untuk menghilangkan rasa jenuh, kepenatan, dan perasan negative lainnya hingga dapat tersalur ke arah yang lebih positif.
Peran seni musik sebagai media pendidik dapat kita lihat dalam lirik-lirik lagu edukatif yang sering diajarkan oleh para guru TK dan SD di sekolah. Lagu-lagu seperti Pelangi dll dapat mengajarkan para siswa untuk dapat mengenali dan mengagumi kebesaran Tuhan atas ciptaannya. Hal tersebut merupakan salah satu contoh yang mudah kita temui.
Contoh lainnya dapat pula kita lihat dari lagu-lagu nasyid (baca : Religius Islami). Lagu-lagu nasyid secara eksplisit mengarahkan para pendengarnya kepada Sang Pencipta dengan alunan lagu dan rangkaian lirik yang indah dan memikat.
Salah satu lagu nasyid yang begitu terkenal adalah lagu Astaghfirullah dari Opick yang mampu mendidik para pendengarnya agar tidak lalai dalam menjalani kehidupannya.
Seni musik sebagai media informasi berarti memberi informasi tentang suatu hal kepada para pendengarnya. Media informasi ini tidak hanya tentang suatu peristiwa sebagaimana sebuah berita di koran dan televisi, melainkan juga informasi tentang kehidupan cinta, kehidupan sosial, kehidupan religi, politik, hukum, dan lain sebagainya.
Meskipun informasi yang disampaikan melalui seni musik tidak vulgar, dan umumnya tersampaikan secara kiasan, tapi hal itu justru dapat menjadi wadah tersendiri bagi para kaum intelektual yang ingin menyuarakan pemikiran dan isi hatinya di saat kaum penguasa melakukan represi terhadap media informasi formal.
Sebagai misal, lagu karya Iwan Fals yang berjudul Bento adalah suatu keinginan Iwan Fals dalam menginformasikan tentang penguasa yang lalim dan otoriter kepada para pendengarnya. Begitu juga lagu Pak Tua dari Elpamas yang bertema hampir sama.
Seni musik sebagai media kontrol sosial memang tak dapat disangkal. Masyarakat saat ini begitu menggandrungi dunia musik, media massa baik elektronik maupun cetak hampir setiap harinya menyajikan konser musik dan pemberitaan seputar dunia musik. Sehingga secara otomatis, seni musik merupakan media kontrol sosial atau media yang mampu mempengaruhi kehidupan sosial masyarakat secara efektif.
Lirik lagu, aransemen musik, gaya musisi di atas panggung, hingga mode pakaian yang dikenakan para musisinya dapat menjadi trendsetter hingga ditiru oleh para penggemarnya.
Apakah seni musik yang disajikan dapat memberi pengaruh positif atau negatif bagi masyarakat? hal itu tergantung pada para musisinya.
Selain memiliki fungsi sebagaimana media komunikasi, seni musik juga memiliki fungsi dalam dunia kedokteran. Terbukti beberapa jenis musik dapat menjadi terapi yang efektif bagi penyembuhan seorang pasien, serta meningkatkan kecerdasan.
Musik klasik, merupakan salah satu contohnya. Musik klasik, terutama karya-karya Wolfgang Amadeus Mozart, dapat meningkatkan kecerdasan anak dan balita. Itulah sebabnya para pakar kedokteran menganjurkan bagi ibu hamil agar memperdengarkan musik klasik Mozart saat bayi masih berada dalam kandungan. Hal ini umumnya disebut sebagai pendidikan pre-Natal, atau pendidikan sebelum kelahiran.
Begitu beragamnya fungsi seni musik dalam kehidupan, sehingga para musisi sebaiknya dapat menciptakan karya-karya yang bermanfaat, tidak hanya mengatasnamakan komersialisasi atau sekedar media penghibur semata.
Apabila menilik dari hadits rasulullah SAW, “Sebaik-baik manusia adalah manusia yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” Maka penulis dapat menyimpulkan, “Sebaik-baik seni musik adalah musik yang paling bermanfaat bagi pendengarnya.” He..he.. 
Wallahu a’lamu bisshowaab

Music and emotion

From Wikipedia, the free encyclopedia

Many scientific disciplines deal with the topic of music and emotion, including philosophy, musicology and psychology. The perspective presented here is mainly a psychological one, yet some theoretical and philosophical considerations will be made to clarify prevailing concepts about music and emotions and how they can be connected.

Expressiveness of music – philosophical problems

Claiming that music is expressive of emotions and that it can elicit emotions in the listener does not seem highly disputable at first glance. However, this claim gives rise to a number of questions.

1. How can a piece of music (when we consider purely instrumental music without any vocals, text or title) appear emotional, as a piece of music is no psychological agent?
2. Why would we respond emotionally to music knowing that there is nobody undergoing the emotion expressed?
3. What are psychological mechanisms that lead to the emotional reaction in the listener?
4. What is the nature of these emotions?

The first question deals with how emotions are transported in the music, questions 2-4 with emotions in the listener. (Not mentioned here are emotions in the composer or the performer.) However, perceiving a piece of music as to be emotional and being moved by this emotion mostly go in hand.
We don’t find it hard to explain why and how we respond emotionally to something expressing an emotion, e.g. a person expressing joy or sadness (or indirectly to an event like an earthquake that affects people as to express an emotion, which ends up being the same). A stone rarely moves us to tears, so why would music do that? Thus, the core of this problem is the question how music can be expressive at all. This problem is examined by the field of aesthetics.

[edit] Appearance emotionalism

Two of the most influential philosophers in the aesthetics of music are Stephen Davies and Jerrold Levinson.^[1] Without going into the depths of the philosophical argument, this view mainly follows Davies’^[2] position. He terms his concept the expressiveness of emotions in music appearance emotionalism. Appearance emotionalism holds that music is for example sad in the same way the posture of a person is sad or a weeping willow is sad. A piece of music is not sad because it feels sadness, but because it expresses sadness, it is sad in appearance.
Why does something (that is not a person) appear sad? Because we can identify in its structure certain characteristics that we know from a person’s expression of sadness. We would sometimes call an old hunchbacked lady sad (although we don’t doubt that she might feel completely differently) because she looks like someone sad we’ve already seen. In the same way we would call a piece of music sad because its dynamic character resembles a person’s expression of sadness. “The resemblance that counts most for music’s expressiveness […] is between music’s temporally unfolding dynamic structure and configurations of human behaviour associated with the expression of emotion.”^[3] If a person does not give verbal account of his or her feelings , the observer can still note them from the person’s posture, gait, gestures, attitude, and comportment. Music recalls an appearance of sadness e.g., according to Davies, by a slow and quiet downward movement, underlying patterns of unresolved tension, dark timbre , heavy or thick harmonic bass textures.^[4]
Not everybody associates the same musical features with the same emotion. Appearance emotionalism does not claim that movement in music generally resembles human behaviour but that many listeners have this perception of similarity, and that this is the crucial connection that constitutes the expressiveness of music. This perception of similarity can be widely common among listeners or highly individual. Which musical features are more commonly associated with certain emotions is left over to the testing of music psychology (see next paragraph). Davies claims that expressiveness is an objective property of music and not subjective in the sense of being projected into the music by the listener. Music’s expressiveness is certainly response-dependent, i.e. it is realized in the listener’s judgement. However, suitably skilled listeners display a high degree of agreement in attributing emotional expressiveness to a certain piece of music. Although this is an empirical finding, it indicates according to Davies (2006) that the expressiveness of music has to be somewhat objective. If there was no expressiveness in the music, no expression could be projected into it as a reaction to the music.

[edit] Psychological mechanisms involved in emotions elicited by music

Looking at the various components of emotional responses to music and the related brain processes may explain why listener’s responses to music are sometimes identical – and which responses may be different.
Some researchers believe that an emotion is a mental state of a being. Scherer ^[5] argues that emotion is a “hypothetical construct” (p. 240) which consists of a number of parts including physiological arousal , motor expression, subjective feeling, behaviour preparation and cognitive processes. Some researchers believe that in order to scientifically examine the phenomenon of emotions it may be necessary to identify such components and define variables that are measurable. The following list of components and processes is oriented at Patrik Juslin’s ^[6] framework of “mechanisms” that some researchers believe lead to emotions induced by music are as follows but there is much debate about these unscientifically justified notions:

[edit] Physiological arousal

• changes in heart rate, breathing frequency, temperature sensation
• part of the body’s “warning system” for important/urgent events or danger; auditory criteria: fast, loud, very low/high pitched, dissonant
• e.g. dissonance as an aspect in warning calls
• equally: relaxing effects of music
• brain stem reflexes: early turnoffs from the auditory pathway
• influences the pleasantness of a piece of music, but may also affect a person’s subjective/cognitive evaluation of a piece of through proprioceptive feedback^[7]
• listeners try to establish an “optimal arousal level” depending on the situation (e.g. Rave vs. candlelight dinner) and personality characteristics

[edit] Emotional contagion

mimicking of an expression perceived in the music.
A. by taking over certain aspects of physiological arousal through proprioception (see paragraph above). Cf. William James^[8]

• “our feeling of the bodily changes as they occur is the emotion”.^[9]

B. by mirroring the expressiveness of music (as “iconic emotions”): slow tempo, low pitch, low sound level → sadness

• see above: perception of similarity between music’s expressiveness and a person’s expression of emotions
• similarity of music and emotional speech (Juslin and Laukka^[10]): music and speech share some emotion-specific acoustic cues (concerning loudness, tempo, timbre, attack)
• conceptualizing of musical structure through visual imagery: e.g. ascending scale as “upward”; creation of internal landscapes as musical images
• neuroimaging and electrophysiological findings:
• e.g. mirror neurons in the premotor cortex of monkeys are activated both during their own action and another monkey’s action
• pre-motor representation of vocal sound production may be activated by only-listening to music (Koelsch et al.^[11])

[edit] Musical expectancy

• The course of a piece of music sometimes violates, delays or confirms a skilled listener’s expectation about how the piece will continue. (Dependence on learning and experience of listener.)
• syntactical relationship between different parts of a piece (e.g. harmonic progression, repetition of parts, melody etc.)
• might influence general arousal and apprehension/anxiety, disappointment.

[edit] Learning and memory

Main article: Music-related memory

These mechanisms are most individual among the components mentioned here, and as they lack a direct connection they are not be considered primary processes that link music and emotion.

[edit] Episodic memory

Episodic memory or the ‘Darling, they are playing our tune phenomenon’ (Davies), is certainly of eminent importance to people’s everyday emotional reactions to music. However, it is not a primary emotional reaction to music as to some of its specific features, but a secondary one. An emotional response elicited by a piece of music only through the music’s ability to link to a certain memory is independent of what the music expresses itself. The same string quartet might conjure up happy emotions in the wedding guest and horrible emotions in a survivor from a concentration camp who heard it there. - for episodic memory, music is only a retrieval cue - physiological reaction pattern to original event is memorized alongside with the experienced content? - tendency to youth and early adulthood: music as an important part for the consolidation of a listener’s self-identity in adolescence?

[edit] Evaluative conditioning

Definition: music as a conditioned stimulus repeatedly paired with another emotional stimulus; less specific than episodic memory; e.g. the Bavarian beer-fest tune “Ein Prosit der Gemuetlichkeit”.

[edit] The nature of musical emotions (some aspects)

The last problem to be considered here is the nature of the emotions elicited by music. Take the kind of sadness one may feel hearing the Rachmaninoff’s second piano concerto. The listener in this case feels a different kind of sadness than for loss of a loved person. He neither feels regret for the music as for an unfortunate event, nor compassion for a sentient being experiencing tragedy. Juslin and Västfjäll (2008)state that the listener’s emotional reaction lacks the cognitive appraisal of a “real” emotion, i.e. the subjective evaluation of an event, in this case the music, in relation to goals and needs of the individual. This led some theorists to the conclusion that music does not elicit emotions at all or that music can only elicit moods, i.e. affective states with lower intensity than emotions and without a clear object (cf. Juslin and Västfjäll 2008). Stephen Davies rejects this view. Although the emotional response does not take the music as its intentional object, music is the “perceptional object and the cause for this response”. The listener’s response of sadness is “not about the music, but to the music” (Davies 2006). The emotion enfolds over the course of the music and as a consequence of it. Juslin and Västfjäll (2008)compiled evidence that most of the psychological processes that lead to a real-life emotion can also be found in the emotional responses to music. These include subjective feeling, physiological arousal, brain activation, action tendency, and emotion regulation. Thus, they argue, music-induced emotions are of the same quality as “normal” emotions are, and do not just represent moods.
Still, emotions elicited by music have some characteristics that make them different from real-life emotions. Coming back to the example of the piano concerto, the sadness felt at hearing it does not only lack the regret of the sadness at the death of a loved person, but it is also certainly less intense. There seem to be emotional intensities of real-life events that the experience of an artwork cannot reach. In addition, most emotions, particularly the negative ones, felt when listening to music seem to have a positive tinge. Why do we seek the experience of a negative emotion as in a sad piece of music? One reason is that we appreciate, in an artistic, aesthetic way, the music as an artwork that manages to create the expressiveness. Another reason is given by Kendall Walton (see http://plato.stanford.edu/entries/music/): Sadness is not negative in itself. Rather the life situation that causes it, e.g. the death of a loved person, is negative. “Thus, though we would not seek out the death of a loved one, given the death we ‘welcome’ the sorrow.” Music gives the listener the possibility of self-experience through real emotions, without the consequences of real-life circumstances, just as any art and play does.

[edit] References

1. ^ Cf. http://plato.stanford.edu/entries/music/
2. ^ Davies, S. (2006). "Artistic Expression and the Hard Case of Pure Music", in: Kieran, M. (Ed.), Contemporary Debates in Aesthetics and the Philosophy of Art: 179-91.
3. ^ Davies 2006, p. 181.
4. ^ Davies 2006, p. 182.
5. ^ Scherer, K.R. (2004) while others believe it is a direct response to hormonal release from the hypothalamus which can be empirically measured. "Which Emotions Can be Induced by Music? What Are the Underlying Mechanisms? And How Can We Measure Them?". Journal of New Music Research 33 (3): 239-251
6. ^ •Juslin, P.; Västfjäll, D. (2008). "Emotional responses to music: The need to consider underlying mechanisms". Behavioural and Brain Sciences: in press.
7. ^ Scherer 2004, p. 241.
8. ^ James, W. (1884). "What is an emotion". Mind 9 (34): 188-205.
9. ^ P. 189–190.
10. ^ Juslin, P.N.; Laukka, P. (2003). "Communication of emotions in vocal expression and music performance: different channels, same code?". Psychol Bull 129 (5): 770-814. Retrieved on 2008-06-26.
11. ^ Koelsch, S.; Fritz, T.; Von Cramon, D.Y.; Müller, K.; Friederici, A.D. (2006). "Investigating emotion with music: an fMRI study". Human Brain Mapping 27 (3): 239-250. DOI:10.1002/hbm.20180

This article incorporates material from the Citizendium article "Music and emotion", which is licensed under the Creative Commons Attribution-ShareAlike 3.0 Unported License but not under the GFDL.